Pada 7 Oktober 2023, kelompok Hamas melancarkan serangan besar-besaran ke wilayah selatan Israel. Serangan ini menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik ratusan sandera, memicu eskalasi militer yang berlanjut hingga sekarang, menimbulkan kehancuran besar di Jalur Gaza.
Peringatan dua tahun serangan itu pada 7 Oktober 2025 menjadi momen refleksi di mana dua pihak—Israel dan Palestina—serta komunitas internasional, memperlihatkan banyak luka yang belum sembuh dan tuntutan berat untuk keadilan, penghentian kekerasan, dan pemulihan.

Dampak & Situasi Setelah Dua Tahun
1. Korban Jiwa dan Kehancuran
- Sejak konflik pecah, tercatat lebih dari 67.000 warga Palestina tewas di Gaza, banyak di antaranya adalah warga sipil dan anak-anak.
- Infrastruktur sipil rusak parah: rumah, sekolah, rumah sakit, fasilitas kesehatan merosot drastis. Sebagian rumah sakit tidak bisa beroperasi penuh lagi.
- Populasi Gaza terdistribusi kembali: jutaan orang mengungsi di dalam wilayah yang sempit, dengan akses terbatas ke air bersih, listrik, makanan, dan layanan medis yang memadai.
2. Situasi Politik & Negotiation
- Meskipun tekanan internasional besar, Royaltoto negosiasi antara Hamas dan Israel tetap sarat tantangan. Isu sandera, pemulangan tawanan, dan kondisi gencatan senjata menjadi poin utama tapi sulit disepakati.
- Israel mendapat kritik karena dianggap melakukan tindakan militer agresif yang menyebabkan banyak korban sipil, sementara Hamas dituduh memicu perang dengan serangannya. Keduanya menjadi objek tuduhan pelanggaran hukum internasional.
3. Humanitarian Crisis yang Semakin Dalam
- Kekurangan pangan, air bersih, listrik, obat-obatan dan jasa kesehatan dasar terjadi hampir di seluruh Gaza. Banyak rumah sakit yang rusak parah, fasilitas kesehatan tidak mencukupi, dan akses pengiriman bantuan sering terhambat.
- Displacement (pengungsian internal) sangat tinggi—banyak warga tidak mampu kembali ke rumah mereka karena rumah hancur atau tidak aman.
Momen Peringatan: Apa yang Terjadi Tanggal 7 Oktober 2025
- Di Israel, upacara peringatan dan doa untuk para korban dilakukan di kibbutzim dan kota-kota yang terkena dampak. Ada tuntutan agar semua sandera yang masih ditahan dibebaskan.
- Di Gaza dan komunitas internasional pro-Palestina, peringatan diwarnai oleh kesedihan, kemarahan, dan tuntutan keadilan serta penghentian serangan. Banyak pihak menyerukan agar konflik ini tidak terus merugikan warga sipil.
- Sebagian negara dan organisasi internasional mendesak dilakukannya gencatan senjata, pembebasan sandera, dan perlindungan terhadap hukum humaniter internasional.
Tantangan yang Muncul
- Kesulitan Meredakan Ketegangan & Negosiasi
Perbedaan tuntutan antara pihak Israel dan Hamas sangat besar, terutama soal sandera dan keamanan Israel, serta kemanusiaan dan akses bantuan terhadap warga Gaza. - Krisis Kemanusiaan yang Berkelanjutan
Bahkan jika gencatan senjata terjadi, kerusakan infrastruktur, trauma psikologis, dan pengungsi memerlukan waktu, dana, dan usaha pemulihan yang sangat besar. - Isu Hukum Internasional & Akuntabilitas
Tuduhan atas kejahatan perang, genosida, dan tanggung jawab atas korban sipil menjadi sorotan. Namun, proses legal dan penyelidikan sering terhambat oleh politik dan situasi medan perang. - Perpecahan Politik Internal
Di Israel, ada kritik terhadap pemerintah karena dianggap gagal melindungi warga serta mengamankan sandera. Di Palestina, ada tekanan terhadap pemerintahan Hamas yang masih memimpin Gaza di tengah kekacauan perang. - Dukungan Internasional & Peran Dunia
Bantuan kemanusiaan, tekanan diplomatik, dan resolusi PBB menjadi penting, tapi seringkali tidak cukup cepat atau tidak efektif. Keputusan politik negara-negara besar juga sangat memengaruhi arah konflik.
Kesimpulan
Peringatan dua tahun sejak serangan 7 Oktober 2023 bukan sekadar mengenang masa lalu. Ini adalah pengingat bahwa konflik yang dimulai hari itu masih membayangi kehidupan jutaan orang. Gaza tetap menjadi zona kemanusiaan yang dilanda penderitaan, kehancuran, dan ketidakpastian. Harapan akan perdamaian terus hidup, tapi jalan menuju resolusi yang adil dan bertahan lama masih panjang dan penuh rintangan.
Untuk kedamaian sejati, dibutuhkan:
- upaya diplomatik yang tulus dari semua pihak;
- penghormatan terhadap hak asasi manusia dan hukum humaniter internasional;
- bantuan internasional yang efektif dan tepat sasaran;
- serta keinginan masyarakat global untuk tidak melupakan penderitaan dan mencari solusi bukan sekadar solidaritas simbolis.
Leave a Reply