Perjanjian Damai Bersejarah antara Thailand dan Kamboja di Malaysia, Disaksikan Presiden AS Donald Trump

Ketegangan di garis perbatasan antara Thailand dan Kamboja mencapai puncaknya pada tahun 2025, setelah puluhan nyawa melayang dan ratusan ribu warga mengungsi akibat bentrokan senjata berat. Kejadian ini mengguncang stabilitas kawasan Asia Tenggara dan memicu perhatian global.

Di tengah dinamika konflik tersebut, Malaysia mengambil peran penting sebagai mediator dalam forum regional, dan Donald Trump hadir sebagai saksi dalam upaya diplomasi yang tidak biasaperjanjian damai yang ditandatangani di Kuala Lumpur diharapkan menjadi langkah awal menuju rekonsiliasi dan penyelesaian sengketa panjang.

Peristiwa ini bukan sekadar penandatanganan dokumen diplomatik biasa melainkan simbol komitmen bersama untuk mengakhiri permusuhan dan membangun kerjasama. Artikel ini akan mengulas bagaimana kesepakatan tersebut tercapai, apa saja poin-utama dalam perjanjian, siapa saja yang terlibat, serta tantangan apa yang masih harus dihadapi agar perdamaian benar-benar berkelanjutan.

Latar Belakang Konflik

Konflik antara Thailand dan Kamboja memuncak pada tahun 2025 setelah beberapa insiden di wilayah perbatasan yang telah lama dipersengketakan. Salah satu titik panas adalah wilayah perbatasan sekitar provinsi Sisaket (Thailand) dan Preah Vihear (Kamboja).

Pada 28 Juli 2025, kedua negara mengatakan telah menyetujui gencatan senjata “segera dan tanpa syarat” setelah beberapa hari pertempuran Castletoto yang menewaskan puluhan orang dan membuat ratusan ribu warga mengungsi. Namun meski gencatan senjata telah disepakati, ketegangan tetap berlangsung terdapat pelanggaran, tuduhan penanaman ranjau darat dan aktivitas militer terus berlanjut.

Di tengah kondisi itu, Malaysia, sebagai negara yang saat itu memegang posisi Ketua ASEAN, aktif memfasilitasi pembicaraan, dan Amerika Serikat melalui Presiden Trump ikut terlibat secara diplomatik (telepon dengan pemimpin kedua negara).


Perjanjian Damai di Kuala Lumpur “Kuala Lumpur Peace Accord”

Waktu dan Tempat

Penandatanganan dilakukan pada tanggal 26 Oktober 2025, di sela-seli pertemuan Summit ASEAN ke-47 di Kuala Lumpur.

Para Pihak & Saksi

  • Pihak utama: PM Thailand Anutin Charnvirakul dan PM Kamboja Hun Manet.
  • Saksi: PM Malaysia Anwar Ibrahim serta Presiden AS Donald Trump.

Isi Utama Perjanjian

Beberapa poin penting yang tercantum:

  • Penarikan senjata berat dan penghapusan zona militer di wilayah perbatasan.
  • Pembentukan tim pengamat (observasi) yang melibatkan ASEAN untuk memantau pelaksanaan gencatan.
  • Kerjasama dalam pemulihan wilayah, termasuk pembebasan tahanan perang (Kamboja) yang ditahan oleh Thailand.
  • Penghapusan ranjau darat dan pembukaan akses ekonomi serta pengelolaan bersama zona perbatasan.

Pernyataan Resmi

Presiden Trump menegaskan bahwa perjanjian ini adalah “hari bersejarah bagi Asia Tenggara” dan menyebut perjanjian tersebut sebagai bukti keberhasilan diplomasi Amerika yang aktif.

Implikasi dan Makna Diplomatik

  • Perjanjian ini menandai langkah maju signifikan dalam meredam konflik yang telah berlangsung lama. Bagi kawasan ASEAN, ini meningkatkan kredibilitas blok dalam menyelesaikan perselisihan antar anggotanya.
  • Kehadiran dan peran diplomasi AS (Trump) menunjukkan bahwa konflik lokal kini memiliki dimensi geopolitik yang lebih besar AS ingin stabilitas di Asia Tenggara sebagai bagian dari strateginya.
  • Malaysia sebagai tuan rumah dan mediator memperkuat posisinya sebagai pemain kunci diplomasi regional.

Tantangan ke Depan

Walaupun perjanjian telah ditandatangani, sejumlah tantangan tetap harus dihadapi supaya perdamaian bisa bertahan:

  • Verifikasi dan implementasi: penarikan senjata, de-mining (penghapusan ranjau) dan pembebasan tahanan memerlukan waktu dan mekanisme yang kredibel.
  • Keyakinan publik dan politik domestik: kedua negara harus meyakinkan rakyatnya bahwa komitmen ini bukan sekadar simbol terutama di area yang selama ini penuh ketidakpercayaan.
  • Risiko pelanggaran: masih terdapat laporan pelanggaran gencatan senjata, tuduhan aktifitas militer terselubung dan penanaman ranjau baru.
  • Tuntutan akar penyebab konflik: sengketa perbatasan dan hak atas wilayah tetap belum sepenuhnya terselesaikan — hanya ditangguhkan.

Kesimpulan

Penandatanganan Kuala Lumpur Peace Accord antara Thailand dan Kamboja disaksikan oleh Donald Trump dan diadakan di Malaysia merupakan tonggak penting yang memberi harapan akan perdamaian yang lebih stabil di Asia Tenggara. Meski demikian, jalan menuju perdamaian yang benar-benar permanen masih panjang dan kompleks. Yang paling penting sekarang adalah bagaimana komitmen itu diubah menjadi aksi nyata yang bisa dirasakan oleh masyarakat di perbatasan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *