Konflik Thailand–Kamboja 2025: Fakta Terbaru yang Perlu Kamu Ketahui

Konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja kembali mencuat ke permukaan dunia pada pertengahan tahun 2025. Ketegangan yang telah berlangsung selama beberapa dekade ini kembali memanas setelah bentrokan bersenjata terjadi di kawasan perbatasan dekat Candi Ta Muen Thom, sebuah situs kuno yang menjadi simbol perebutan klaim kedaulatan kedua negara. Meski sebelumnya konflik ini sempat mereda berkat berbagai upaya diplomasi dan mediasi internasional, insiden terbaru yang melibatkan serangan udara dan artileri berat menandai eskalasi serius dalam hubungan kedua negara tetangga ini. Korban jiwa mulai berjatuhan, ribuan warga sipil mengungsi, dan situasi kemanusiaan di perbatasan memburuk dengan cepat.

Eskalasi Militer Terganas dalam 14 Tahun

Pertikaian terbaru di sepanjang perbatasan Thailand–Kamboja telah mencapai puncaknya pada 24 Juli 2025, melibatkan serangan udara oleh jet F‑16 Thailand dan serangan artileri BM‑21 dari Kamboja. Setidaknya 32 orang tewas, termasuk warga sipil, dan lebih dari 140.000 orang mengungsi dari zona konflik

Penyebab Tinggi: Penembangan Gencar dan Peboman

Konflik dipicu insiden ranjau darat yang terlontar ke pasukan Thailand. Sejak itu terjadi pertukaran tembakan senjata berat, termasuk roket dan serangan udara, yang menimbulkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur termasuk rumah sakit dan pom bensin.

Krisis Kemanusiaan: Evakuasi Massal

Kamboja menuduh Thailand menggunakan bom cluster di zona sipil, yang disebut sebagai pelanggaran HAM. Thailand di sisi lain menuding serangan terhadap rumah sakit dan korban sipil oleh pasukan Kamboja sebagai potensi kejahatan perang.

Aspek Politik dan Diplomatik

Pada 15 Juni 2025, muncul rekaman telepon antar PM Thailand, Paetongtarn Shinawatra, dan mantan PM Kamboja Hun Sen, yang bocor ke publik dan memicu krisis politik di Thailand. Sementara Kamboja mendaftarkan kasus ke Mahkamah Internasional (ICJ) mengenai penetapan perbatasan, Thailand menegaskan menolak yurisdiksi ICJ dan tetap mengedepankan penyelesaian bilateral melalui mekanisme Komisi Perbatasan Bersama (JBC).

Sanksi Ekonomi dan Isolasi

Kamboja menghentikan impor bahan bakar dan listrik dari Thailand. Sebagai balasan, Thailand membatasi jaringan internet, listrik, dan menutup perbatasan bagi sebagian besar pelintas (hanya pasien medis dan pelajar diizinkan).

Dampak Ekonomi Akibat Perang

  • Pariwisata: Thailand dan Kamboja sama-sama terdampak. Sektor ini menyumbang sekitar 12% GDP Thailand dan 9% GDP Kamboja. Namun Kamboja dinilai lebih rentan karena ketergantungan ekonomi yang lebih lemah dan tidak memiliki cadangan fiskal yang besar.
  • Perdagangan: Nilai perdagangan bilateral melebihi US$3,9 miliar pada 2024. Penutupan perbatasan membuat banyak jalur perdagangan lumpuh dan diperkirakan memicu kerugian besar jika berlangsung lama.

ASEAN & Respon Internasional

  • UN Security Council telah menggelar sidang darurat, sementara ASEAN (dipimpin Malaysia) dan kekuatan global seperti China, AS, dan EU menyerukan gencatan senjata. Namun Thailand menolak mediasi pihak ketiga dan memilih jalur bilateral.

Ringkasan Utama

AspekKeterangan
Tanggal Awal Konflik24 Juli 2025
Jumlah Korban JiwaSekitar 30–32 orang (civilian & militer)
PengungsiTotal >140.000 warga
Pemicu KonflikInsiden ranjau darat, roket, dan respons udara
DiplomasiICJ vs JBC; Thailand tolak ICJ
EkonomiGangguan pariwisata & perdagangan, Kamboja lebih terdampak
Intervensi GlobalUN & ASEAN menyerukan gencatan, tapi Thailand menolak mediasi

Konflik ini membuka luka lama atas sengketa kedaulatan yang terbuka sejak era kolonial, namun kali ini terperparah oleh tekanan politik domestik dan intrik personal antara elite di kedua negara. Penyelesaian jangka panjang masih bergantung pada dialog bilateral, tekanan internasional, dan kemungkinan keputusan hukum ICJ.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *