Putin Sambut Rencana Damai AS, Ancam Rebut Wilayah Ukraina

Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyatakan sambutan positif terhadap rencana perdamaian 28 poin yang diusulkan Amerika Serikat, tetapi di saat yang sama mengeluarkan peringatan keras: jika Ukraina menolak proposal tersebut, Rusia akan melanjutkan ofensifnya dan merebut lebih banyak wilayah. Ancaman ini menjadi tanda bahwa perdamaian yang ditawarkan mungkin bukan sekadar pengakhiran konflik, melainkan bagian dari strategi agresif Moskow.

Apa Isi Rencana Damai AS?

  • Rencana perdamaian tersebut dikenal sebagai proposal 28 poin, dan didukung oleh Presiden AS Donald Trump.
  • Di dalamnya terdapat sejumlah poin krusial: Ukraina diminta untuk menahan diri dari keanggotaan NATO, memberikan jaminan keamanan yang lebih terbatas, dan mungkin melepaskan sebagian wilayah tertentu yang saat ini diduduki oleh Rusia.
  • Sebagai imbalannya, Rusia bakal mendapatkan pengakuan atas sejumlah wilayah yang dikuasainya dan potensi keringanan sanksi AS, dengan catatan jika Rusia kembali agresif, sanksi bisa diberlakukan lagi.

Sikap Putin: Sambutan Hangat Tapi Penuh Syarat

  • Putin menyebut usulan AS itu sebagai potensi “dasar bagi penyelesaian damai final.”
  • Namun, Putin juga menegaskan bahwa negosiasi tidak akan mudah. Ia menyatakan bahwa jika Ukraina menolak, Rusia tidak akan segan melanjutkan operasi militer di area-area strategis.
  • Dalam rapat Dewan Keamanan Rusia, Putin bahkan menyinggung kemajuan militer Moskow, seperti klaim tentang “hampir menguasai kota Kupiansk,” sebagai bukti bahwa Rusia punya momentum untuk terus maju jika diplomasi gagal.

Ancaman Rebut Wilayah: Apa yang Bisa Direbut?

  • Saat ini, Rusia menguasai sekitar 19% wilayah Ukraina, menurut pernyataan Putin.
  • Wilayah yang menjadi target ambisi Moskow mencakup Donbas (Donetsk dan Luhansk), serta Kherson dan Zaporizhzhia.
  • Putin memperingatkan bahwa penolakan Ukraina terhadap rencana damai bisa menyebabkan “peristiwa Kupiansk” terulang di sektor-sektor lain di garis depan artinya, Rusia siap melanjutkan serangan di berbagai front.

Syarat-syarat Keras dari Rusia

  • Putin menyebut bahwa pasukan asing tidak perlu berada di Ukraina jika perjanjian damai tercapai.
  • Ia juga menetapkan beberapa persyaratan untuk gencatan senjata: antara lain pembatasan kekuatan militer Ukraina serta jaminan bahwa Ukraina tidak akan bergabung dengan NATO.
  • Bagi Rusia, perdamaian jangka pendek saja tidak cukup. Menurut Putin, gencatan senjata harus diikuti penyelesaian jangka panjang yang menyelesaikan akar konflik.

Respons Ukraina

  • Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menolak rencana damai tersebut.
  • Menurut Zelensky, sebagian poin dalam proposal itu mengancam kedaulatan Ukraina dan menuntut pengorbanan besar “pilihan yang sangat sulit” antara martabat dan keamanan.
  • Zelensky juga telah menyatakan niatnya untuk mencari alternatif perjanjian damai yang tidak terlalu merugikan Ukraina.

Analisis Motivasi Rusia

  1. Strategi Tekanan Maksimal
    Putin menggunakan “proposal damai” sebagai alat diplomasi dan tekanan. Dia bisa tampil seolah terbuka untuk perdamaian, tapi di balik itu tetap menekan Ukraina lewat ancaman militer.
  2. Legitimasi Teritorial
    Dengan proposal yang mengakui sebagian wilayah yang dikuasainya, Rusia bisa mendapatkan legitimasi diplomatik atas wilayah tersebut sekaligus mengamankan hasil invasinya secara politik.
  3. Pengaruh terhadap Barat
    Jika AS dan negara-negara Barat mendukung proposal ini, Rusia bisa mengurangi sanksi atau setidaknya mengamankan status quo atas beberapa wilayah. Ini “deal” yang menguntungkan Moskow secara geopolitik.
  4. Jangka Panjang vs Jangka Pendek
    Putin tidak hanya mencari gencatan senjata sementara, melainkan penyelesaian permanen yang memberikan keuntungan strategis bagi Rusia. Ia menolak gencatan singkat yang hanya memberikan waktu bagi Ukraina untuk bersiap ulang.

Potensi Risiko dan Hambatan

  • Keberatan dari Ukraina sangat kuat bagi Zelensky, menyerahkan wilayah berarti kehilangan integritas nasional.
  • Negara-negara Eropa dan Barat mungkin menolak bagian dari proposal yang menguntungkan Rusia, terutama soal pengakuan wilayah.
  • Jika Rusia melanjutkan serangannya dengan ancaman terbuka, risiko eskalasi konflik tetap tinggi, bahkan jika ada perjanjian damai.
  • Negosiasi bisa gagal jika Presiden Putin menuntut konsesi yang terlalu besar dari Ukraina, terutama yang menyangkut kedaulatan dan keanggotaan NATO.

Kesimpulan

Sikap Putin yang “sambut damai tetapi ancam terus merebut” menandakan bahwa rencana perdamaian AS bukanlah sekadar tawaran altruistik, melainkan bagian dari strategi geopolitik agresif Moskow. Walaupun ada peluang negosiasi, ancaman militer tetap kental di latar belakang.

Bagi Ukraina, menerima rencana tersebut berarti risiko besar terhadap kedaulatan, sementara menolak bisa berujung pada serangan baru. Konflik ini tampaknya belum akan berhenti dengan mudah negosiasi damai tidak lepas dari permainan kekuasaan dan tekanan eksternal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *