Serangan udara kembali mengguncang Gaza setelah militer Israel melancarkan serangan besar-besaran pada Selasa malam (12/8). Dalam kurun waktu 24 jam terakhir, sedikitnya 123 warga Palestina tewas, termasuk perempuan dan anak-anak, serta ratusan lainnya mengalami luka-luka. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, serangan terbaru ini menyasar permukiman padat penduduk, fasilitas medis, serta sejumlah infrastruktur penting. Ledakan dan kobaran api terlihat di berbagai titik kota, memaksa ribuan warga mengungsi ke lokasi yang dianggap lebih aman.

Rangkaian Serangan Intensif
Laporan menyebutkan bahwa serangan dimulai pada dini hari dengan rentetan tembakan artileri, diikuti serangan udara menggunakan jet tempur dan drone. Beberapa wilayah yang menjadi target di antaranya:
- Khan Younis: daerah selatan Gaza yang dikenal sebagai pusat pengungsian.
- Shuja’iyya: kawasan padat penduduk di timur Gaza.
- Rafah: jalur perbatasan dengan Mesir yang menjadi jalur keluar-masuk bantuan kemanusiaan.
Respons Internasional
Serangan ini menuai kecaman dari berbagai pihak internasional. Sekretaris Jenderal PBB kembali menyerukan gencatan senjata segera dan akses tanpa hambatan bagi bantuan kemanusiaan. Organisasi kemanusiaan juga memperingatkan risiko kelaparan dan wabah penyakit akibat kerusakan infrastruktur air bersih.
Krisis Kemanusiaan Memburuk
Data PBB mencatat bahwa lebih dari 70% penduduk Gaza kini mengungsi dan bergantung sepenuhnya pada bantuan pangan serta medis. Rumah sakit di wilayah tersebut dilaporkan kewalahan menangani korban karena kekurangan obat, listrik, dan tenaga medis.
Hingga kini, upaya mediasi yang dilakukan Mesir, Qatar, dan PBB belum menghasilkan kesepakatan gencatan senjata. Kedua pihak saling menuduh sebagai penyebab eskalasi konflik.
Leave a Reply