Suasana belajar di SMA Negeri 72 Jakarta mendadak berubah mencekam pada Jumat, 7 November 2025, ketika sebuah ledakan keras mengguncang area sekolah di Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara. Kejadian yang berlangsung saat waktu salat Jumat itu menyebabkan puluhan siswa dan guru mengalami luka-luka, bahkan beberapa di antaranya harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Insiden tersebut sontak menggemparkan publik. Sekolah yang dikenal berprestasi itu kini menjadi lokasi penyelidikan mendalam aparat kepolisian dan tim penjinak bom (Jibom) Gegana. Dugaan sementara, ledakan berasal dari bom rakitan yang dibawa oleh seorang siswa. Motif awal yang mencuat ke permukaan adalah balas dendam akibat perundungan (bullying) yang dialami sang pelaku.

Kronologi Kejadian
- Sekitar waktu salat Jumat di masjid sekolah, terjadi ledakan pertama.
- Dilaporkan bahwa ledakan terjadi di area masjid sekolah kemudian berdampak ke bagian lain lingkungan sekolah.
- Pihak kepolisian melalui Polda Metro Jaya dan tim Jibom/Gegana segera melakukan sterilisasi dan penyelidikan lokasi ledakan.
- Sekolah kemudian ditutup sementara untuk pembelajaran daring agar proses pemulihan dapat dilakukan.
Korban dan Kondisi Sekolah
- Jumlah korban luka dilaporkan mencapai 96 orang.
- Dari jumlah tersebut, 67 korban telah dipulangkan sementara sisanya masih dalam perawatan, termasuk beberapa di ICU.
- Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyatakan akan menanggung seluruh biaya perawatan korban.
- Sekolah direncanakan kembali normal mulai Senin mendatang, namun dengan penyesuaian metode pembelajaran dan pendampingan psikologis bagi siswa.
Identitas dan Dugaan Pelaku
- Terduga pelaku adalah salah satu siswa di SMA Negeri 72; saat kejadian, yang bersangkutan juga mengalami luka dan menjalani operasi kepala.
- Motif awal diduga terkait perundungan (bullying) yang dialami pelaku dalam lingkungan sekolahnya.
- Pihak kepolisian memeriksa media sosial pelaku dan lingkungan rumahnya, serta menggeledah rumah terduga pelaku untuk mengamankan barang bukti.
Penanganan & Reaksi Pemerintah
- Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) turun tangan memastikan perlindungan dan pemulihan siswa dan juga terduga pelaku yang masih di bawah umur.
- Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bersama DPR RI mendesak peningkatan sistem “Sekolah Ramah Anak” agar insiden serupa tidak terulang.
- Upaya pemulihan psikologis dilakukan dengan mengundang orang tua, guru, dan tenaga psikolog sebagai bagian dari proses pemulihan siswa.
Dampak pada Pendidikan dan Lingkungan Sekolah
- Sekolah dialihkan ke metode daring mulai Senin 10 November 2025 hingga kondisi dianggap aman.
- Trauma dan ketakutan yang dialami siswa memerlukan perhatian selain pemulihan fisik aspek psikologis dan rasa aman menjadi fokus utama.
- Insiden ini membuka kembali diskusi tentang pentingnya pengawasan keamanan di sekolah, termasuk deteksi masalah sosial di antara siswa seperti bullying, serta kesiapan prosedur darurat di institusi pendidikan.
Pembelajaran dan Rekomendasi
- Penguatan Keamanan Lingkungan Sekolah: Sekolah perlu memiliki sistem deteksi dan tanggap cepat terhadap ancaman fisik, dari benda peledak hingga konflik sosial.
- Program Anti-Bullying yang Proaktif: Tidak cukup hanya aturan; sekolah harus memiliki saluran keluhan yang aman, dukungan psikologis, dan pemantauan rutin terhadap kondisi sosial siswa.
- Prosedur Darurat dan Simulasi Keamanan: Latihan evakuasi, penanganan luka, komunikasi darurat antara siswa-guru-orang tua harus menjadi bagian rutin.
- Pendampingan Psikologis Pasca Insiden: Pemerintah dan sekolah harus bersama-sama memastikan siswa tidak hanya pulih secara fisik, tetapi juga merasa aman dan siap kembali ke sekolah.
- Kolaborasi Sekolah-Orang Tua-Masyarakat: Lingkungan sekolah bukan hanya tanggung jawab guru orang tua dan masyarakat juga berperan dalam menciptakan lingkungan yang suportif bagi siswa.
Kesimpulan
Insiden ledakan di SMA Negeri 72 Jakarta bukan sekadar kecelakaan melainkan sinyal bagi sistem pendidikan dan keamanan sekolah di Indonesia. Meski Castletoto penanganan cepat telah dilakukan oleh berbagai pihak, tantangan ke depan adalah bagaimana memastikan sekolah menjadi ruang aman, nyaman, dan tumbuh bagi siswa bukan hanya pembelajaran akademik, tetapi juga pengembangan sosial-emosional. Peristiwa ini diharapkan menjadi momentum untuk evaluasi mendalam dan pembaruan nyata dalam budaya dan sistem sekolah.

Leave a Reply